Kaget. Sangat kaget.
Itulah yang saya rasakan ketika Sabtu pagi lalu mendengar
kabar bahwa abang saya terkapar di rumah sakit karena Jumat siang kemarinnya kolaps di
kantor. Serangan jantung. Itupun yang memberi tahu saya adalah sahabatnya.
Setelah rundingan kilat akhirnya kami putuskan untuk
menyerahkan semua penanganan pertama pada sahabat abang saya itu. Hari itu juga (Sabtu siang) abang saya dipindahkan ke RS tempat sahabatnya itu berdinas.
Ketika melihat kondisi abang saya yang pertama kali saya
rasakan adalah saya sungguh-sungguh takut kehilangan dia. Setelah adik
laki-laki saya ndak ada lagi saudara saya yang terdekat cuma tinggal dia karena
adik perempuan saya sekarang bermukim di Kanada. Kami cukup dekat. Malahan sangat
dekat. Sama-sama pernah mengalami banyak kehilangan membuat kami bisa saling
memahami satu sama lain dengan sangat baik. Yang kemarin belum bisa saya
pahami, bagaimana bisa dia kena serangan jantung?
Abang saya ndak seperti saya (yang cenderung overweight hampir
tak terkendali setelah menikah). Dia sangat-sangat sehat dengan badan cukup
proporsional. Usianya baru sebulan lewat dari angka 44. Tidak merokok, miras,
narkoba, hanya saja memang doyan ngopi. Setahu saya masih rutin latihan karate
& main futsal. Makannya pun cukup terjaga. Yang tidak saya perkirakan
sebelumnya, ternyata hulu dari menurunnya kondisi kesehatannya itu adalah
karena stress & makin menggila semangat ngopinya.
Abang saya cukup stress karena harus hidup terpisah dari
anak-anaknya selama hampir 2 tahun ini. Saya saja sayang sekali sama putri saya
apalagi abang saya terhadap putra-putri kandungnya sendiri. Kelihatannya selama
ini abang saya baik-baik saja mengelola perasaannya tapi ternyata tidak seperti
itu.
Karena satu & lain hal anak-anak minta untuk tinggal
kembali dengan abang saya. Hal itu diungkapkan anak-anak saat long weekend libur
Imlek kemarin ketika abang saya menengok mereka. Sama sekali bukan keinginan
yang mudah untuk diakomodasi. Hambatan yang pertama tentu saja ijin dari
mamanya. Apalagi abang saya tinggal sendirian, cuma hidup dengan ART. Cukup
sibuk juga dengan pekerjaannya walaupun selama ini selalu berusaha menyediakan
waktu untuk anak-anak. Takutnya anak-anak ini tidak terurus dengan baik
walaupun sudah cukup besar & mandiri (sudah kelas 8). Hambatan kedua adalah
waktu yang tidak tepat. Sudah mendekati pertengahan semester genap kelas 8,
tanggung tinggal sedikit lagi akhir tahun ajaran. Anak-anak diharapkan sabar
hingga akhir tahun ajaran ini.
Pertentangan antara keinginan untuk segera berkumpul
kembali dengan anak-anaknya & harus sabar menunggu dengan banyak kemungkinan
buruk yang bisa saja terjadi membuat abang saya makin stress & ndak kuat
lagi. Jadi.. ya begitulah.
Banyak dukungan buat abang saya dari semua sahabat. Putri
saya sendiri rela menghabiskan waktunya untuk ikut menunggui Pakdenya ini
karena abang saya benar-benar sendirian. Saya harus bekerja begitu juga istri
saya. Para sahabatlah yang menemani
abang saya di saat kami tak bisa menungguinya. Semua itu sangat-sangat membantu
pulihnya kondisi abang saya. Tentu saja belum 100% tapi sudah boleh rawat
jalan. Masih perlu istirahat selama beberapa hari sebelum boleh bekerja lagi.
Saya sendiri sangat memahami apa yang dirasakan abang
saya. Ketika putri saya mulai kuliah di luar kota, saya merasa sangat
kehilangan. Ketika ada kesempatan untuk mengajar di kampusnya, saya tidak melewatkan
kesempatan itu hanya untuk sekedar menyempatkan bertemu muka sejam dua jam
dengannya di pertengahan minggu. Kadang-kadang akhir minggu putri saya pulang.
Tapi paling apes kami masih bisa bertemu seminggu sekali.
Sedangkan abang saya? Dia tidak seberuntung saya. Jarak
Banten-Jawa Timur terlalu jauh untuk dijalani demi sebuah pertemuan walau
pertemuan itu paling diinginkan
sekalipun. Belum tentu 2-3 bulan sekali dia bisa bertemu dengan anak-anaknya.
Sekuat apapun seorang ayah lama-lama tentu merasakan tersiksa juga apalagi bila
dia memang benar-benar mencintai anak-anak yang terpaksa terpisah darinya.
Saya hanya bisa berharap semua kondisi akan membaik.
Berusaha untuk memberikan kekuatan lebih bagi abang saya hingga dia mampu
menunggu hingga saat yang tepat itu tiba. Kekuatan yang juga berasal dari doa
tak putus yang dipanjatkan oleh istri & putri saya tercinta.
Dan kepada semua sahabat yang tak mau saya sebutkan di
sini (L, B, H, N), terima kasih banyak karena sudah membantu kami melalui semua
ini. Memberikan waktu, tenaga & dukungan moril-materil yang tak terhingga
berharganya. Semoga Tuhan selalu memberkati kalian.
__________
(JP.05.03.2015.Chris D.a)
Semoga semuanya cepat membaik kembali dan Mas Dion segera pulih ya...
BalasHapusTrm kasih bnyk atas bantuannya kmrn ya? Tuhan memberkati..
HapusPak Chris Smoga uwaknya Put2 cpt sembuh. Bapak jg cpt sembuh ea
BalasHapusTrm ksh bnyk Rachma..
HapusSemoga cepat pulih,... salam buat LBHN ya....
BalasHapusTrm ksh mba Maria, salam sdh disampaikan :)
Hapus