Semalam saya ngobrol dengan Simboke. Mumpung ndak ada yang ganggu, Ndhuk Ayu lagi terdampar di kamar kostnya. Ngalor-ngidul ndak keruan
sampai akhirnya menyentuh soal perasaan secured & unsecured. Saya tentunya
masih belum melupakan wajah masemnya ketika seseorang datang bersama
keluarganya menjenguk saya ketika masih opname beberapa hari lalu.
Simbok menggambarkannya sebagai seorang perempuan
berbahasa tubuh cukup genit yang kelihatan betul masih “ngarep”. Saya ketawa
saja karena “sing diarep ki opo wong sama-sama sudah berkeluarga?” Intinya,
Simbok merasa unsecured terhadap pertemuan dengan si mantan singkat ini.
Apalagi katanya Simbok, si mantan singkat ini jelas menang jauh secara wajah,
fisik dan usia bila dibandingkan dengan Simbok. Ini Simbok sendiri yang ngomong
loh ya.. Saya cuma mengutip saja. Dan sialnya, kami berada di wilayah 1 gereja
yang sama. Jadi sebelum ini juga sudah pernah ada beberapa kali pertemuan ndak disengaja
dengannya. Masemnya sih tetap sama hehe..
Anehnya hal ini (wajah masem) justru ndak terjadi kalau
ada perjumpaan Simbok dengan “mantan abadi” saya. Simbok justru bisa berteman amat
sangat baik dengannya. Saya sendiri yang justru rikuh karena baik suaminya
maupun Simbok menghadapi “cerita lalu” kami dengan sikap terbuka yang sungguh
luar biasa. Hal ini yang menyebabkan ndak ada cerita “keluar batas”. Pertahanan
yang sangat kuat terutama dari mantan abadi saya itu.
Dari sinilah perasaan secured Simbok berasal. Karena
memang ndak ada yang perlu dikhawatirkan. Bertahun lalu waktu ada pertemuan
pertama yang sama sekali tidak disengaja Simbok memang sempat merasa unsecured
juga. Waktu itu kami masih pengantin baru dengan “anak gawan” berusia 10 tahun
dan mantan abadi saya ini sudah berputra 1 (masih batita). Selanjutnya? Ndak
pernah ada pertemuan lagi sampai sekitar 2 tahun belakangan ini. Tapi semuanya
tetap sama. Cuma berteman dan tentunya sangat sia-sia mengharapkan “sesuatu”
berjalan lebih jauh karena pagarnya terlalu kuat.
Soal perasaan secured & unsecured ini saya sama
sekali ndak pernah menyalahkan Simbok. Semuanya bagi saya wajar. Mau diingkari
dengan berbagai cara toh sejarah sudah pernah terukir. Tidak bisa dihapus.
Buat saya yang sangat mengagumkan adalah sikap Simbok dan
suami mantan abadi saya itu. Penerimaan yang sungguh dewasa dan luar biasa.
Masih sangat tinggi batas di sana-sini yang digariskan sendiri oleh mantan
abadi saya dan tak pernah berkeinginan sedikit pun untuk bergerak keluar batas
itu. Simbok dan saya belajar banyak darinya. Bagaimana 2 orang harus teguh
memegang & mempertahankan janji perkawinan yang diucapkan sendiri.
Bagaimana 2 orang saling menaruh & menjaga kepercayaan dengan cara yang
amat sangat terhormat.
__________
(JP.19.03.2015.Chris
D.a)
Mencari pasangan itu gampang Pak. Asal udah ketemu yang cucok luar dalam pasti dapet. Yang sulit adalah mempertahankan bahtera pernikahan itu tetap di jalurnya. Dengan satu kapten yang disegani dan asisten yang sendika dhawuh dan tidak berhasrat untuk melirik kapal lain dengan kapten berbeda tentunya. Demikian pula sang kapten pun setia dengan satu asisten tanpa pernah kepengen melirik asisten lain.
BalasHapusApalagi jika terlalu banyak pernik yang mewarnai peenikahan itu sendiri. Seperti kehadiran mantan, cerita kelabu kita di masa lalu, akan perlu perjuangan lebih untuk mempertahankannya. Siap dewasa dan tahu batas memang sangat diperlukan.
Maaf kalau sok bijak. Pak Chris dan Nyonya pasti lebih paham soap beginian. Oh iya.....udah jamnya Masha and The Bear Pak.....wkwkwk
Hehe.. buat sy sm2 susahnya Mba.Tp bkn berarti ndak bs diwujud-nyatakan :)
HapusTrm kasih atensinya
Wossaaaaaa nulis ngenean nggugah macan turu arek iki! Ngkok lek bendorone ngamuk yo emboh
BalasHapusHaha.. tenang ae.. bendoro macane wis ono pawange bro. Sekti pisan!
HapusHehe. Syukurlah... mantan2 saya udah pada jauh smua!
BalasHapusHaha.. JBU & fam bung Pical!
Hapus