September sudah berotasi 14 kali sejak kau terbang tinggi. Tanpa aku boleh menatap
wajahmu untuk yang terakhir kali. Sejak kita terpisah hingga kau harus pergi
meninggalkanku dalam abadi. Saat seharusnya kau membawaku dalam ingatan di sela
desah-desah nafas terakhirmu. Seharusnya saat ini aku datang untuk menabur
bunga di pusaramu. Sejak sebuah deretan tanggal yang tertera pada nisanmu bisa kusimpan dalam ingatanku. Tapi maafkan aku Pa. Aku sedang tak bisa.