Rabu, 04 Maret 2015

Kapan Kau Akan Datang?



Terkadang aku lelah menunggumu datang mengguratkan selendang tipis 7 warna di langit. Coba kau hadir sejenak saja. Sekedar mengintip hasratku untuk menatapmu walau sekilas waktu. Selepas badai selepas hujan kau biasanya datang. Walau sering juga tidak. Tergantung keinginan sinar mentari dan tetes lembut sisa kabut di angkasa.

Aku merindukanmu. Sungguh! Tapi yang bisa kupertanyakan hanyalah soal waktu yang absurd. Kapan? Ketika semua orang tak tahu jawabnya dan bahkan kau pun tidak.

Aku sudah letih menerjang badai walau tangannya tetap kukuh menggenggam tanganku. Sehingga aku punya kekuatan letih untuk menggandeng tangan lain yang tengah terkulai. Tak hendak memberinya kekuatan yang mungkin aku tak punya. Hanya ingin menemaninya melampaui kecamuk badai yang menderanya.

Tolong datanglah Pelangi. Bukan untukku tapi untuknya. Biar dia peluk semua cinta yang dia punya. Seperti milikku dan orang-orang yang mencintaiku.

Kau lihat bahwa wajahnya tak lagi menyimpan letih yang samar. Semuanya sudah tak lagi tertanggungkan. Tidakkah kau punya sedikit saja belas kasihan?

Datanglah pelangi datanglah! Lakukan untuknya bukan untukku. Kelak aku akan menemukan kembali kau untuk diriku sendiri.

Datanglah............

(Fiksi si Putri, menatap Pade dalam diam. Catatan 2 Maret 2015)

2 komentar:

  1. Believe me, he'll be fine... Smile again, Put!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hu um Tan udh ukeh lg ko.................. Mksh yah............

      Hapus

Komen boleh aja, boleh banget sih! Tapi yang sopan yah.........