Judul buku : Eternal Forseti
Jenis : novel metropop
Penulis : Lizz
Editor : Erri S.
Cover : Domels
Layout : Rheinara Yuki
Penerbit : Jentera Pustaka (Mata Pena
Group)
ISBN : 978-602-1249-58-1
Jumlah halaman : 348
Tahun terbit : 2017 (Agustus)
Novel pertama yang ditulis oleh pemilik blog fiksi
FiksiLizz ini saya katakan cukup lama dinanti, karena proses penerbitannya
sejak ditulis (dan keluar iming-imingnya bagi para pembaca blog FiksiLizz) hingga
fisiknya terbit dalam bentuk buku memakan waktu lebih dari 1 tahun. Bila
mengikuti/membaca komentar-komentar di blog itu, maka kita akan cukup sering
menjumpai pertanyaan “kapan novel Eternal Forseti bakal terbit?”. Pada
akhirnya, setelah menunggu cukup lama sampailah novel tersebut ke tangan para
pembacanya, termasuk kami (nyonya, si nduk, nduk Thea & saya). Kebetulan saat novel
tersebut sampai ke tangan kami beberapa waktu lalu, si nduk sedang ada di
rumah, sedang libur. Saat ini novel tersebut sudah terbang ke Eropa ikut si
nduk sehingga mamanya & saya terpaksa memesan lagi karena mamanya masih ingin baca lagi. Nduk Thea juga belum selesai baca.
Novel setebal 348 halaman itu berkisah tentang
seorang gadis bernama Kania Norman yang merupakan direktris sebuah perusahaan
ekspedisi. Perusahaan itu merupakan salah satu di antara sekian banyak anak
perusahaan milik Eternal Corp. yang direktur utamanya adalah ayah Kania
sendiri, bernama Norman Haryanto.
Kania bukan anak kandung Norman
Haryanto, tapi Norman sangat menyayanginya begitu juga keluarga besarnya. Kania
dididik dengan sangat baik & diperlakukan sama dengan sepupu-sepupunya yang
lain sehingga bisa memegang sebuah jabatan sangat penting di Eternal Expi.
Pada suatu saat Eternal Expi digoyang oleh
perusahaan lain yang sejenis bernama Forseti Trans. Forseti Trans adalah perusahaan baru milik seorang perempuan bernama Frida Forseti, yang merupakan
pucuk pimpinan Forseti Group. Kania Norman cukup kalang kabut menyelamatkan
Eternal Expi.
Frida Forseti yang sejak muda harus berjuang lebih keras
karena selalu dinomorduakan ayahnya (Somantri Forseti, pendiri Forseti Group)
akhirnya menjadi pribadi yang keras dalam mengendalikan Forseti Group setelah
ayahnya mengalami stroke. Ia ingin pengakuan itu dari ayahnya bahwa ia mampu
walaupun “hanya” seorang anak perempuan. Ia juga tak mau dikalahkan, termasuk
oleh Larasati Haryanto.
Apa yang diperbuat oleh Larasati Haryanto hingga
Frida Forseti kalap & menyerang Eternal Expi yang dipimpin Kania Norman?
Di sinilah semua keruwetan itu bermula. Keruwetan yang sebaiknya dibaca sendiri
dalam novel Eternal Forseti, bukan diungkapkan di sini, hehe..
Sejak halaman pertama, novel ini sudah
mengalir dengan cukup deras. Dalam 1 bab ada perpindahan berbagai tokoh hingga
terasa penuh & cukup menjelaskan penggambaran karakter & apa hubungan
masing-masing tokoh, terutama tokoh Kania, Norman, Larasati & Frida. Loh
kok semua sudah diungkap lebih dulu di depan? Justru di sinilah (menurut saya)
letak keunikan novel ini. Pembaca digiring untuk paham di awal sehingga bisa
menikmati alur yang mengalir kemudian termasuk intrik-intrik yang sempat
terjadi, tanpa bertanya-tanya lagi atau terganggu dengan ketidakpahaman
terhadap posisi para tokoh. Penggambaran setiap tokoh juga sudah cukup jelas di
depan. Bahkan ada bagian silsilah keluarga yang diulas cukup detail dengan latar
belakang keingintahuan Frida. Silsilah ini membuat pembaca pun bisa memahami “ini
siapanya siapa” karena (jujur) tokoh pendampingnya banyak sekali, terutama dari
keluarga besar Kania.
Semua permasalahan & penyelesaian ditata
dengan sangat rapat & rapi oleh penulisnya. Satu lagi yang khas Lizz, kita
ndak akan menjumpai drama yang menye-menye ala sinetron. Drama yang tersaji
adalah permainan emosi & perasaan para tokohnya, bukan kejadian-kejadian “serba
kebetulan” yang klise & bisa mendatangkan rasa bosan. Buat saya, ini sangat
matang.
Baik tokoh “putih” maupun “hitam”
semuanya punya sisi abu-abu. Sebuah penggambaran yang sangat riil &
manusiawi. Sekali lagi, ini sangat khas Lizz. Juga dengan detail setiap
kejadian/peristiwa. Soal tes DNA misalnya. Saya baru tahu setelah baca novel
ini kalau tes DNA bisa dilakukan dengan bongkar kuburan atas perintah
pengadilan. Juga peraturan soal saham. Kalau bukan karena penggalian riset yang
ndak main-main, saya kira banyak akan dijumpai detail yang kedodoran dalam
novel ini. Tapi.. silakan dibuktikan sendiri karena masih banyak detail lain
yang digambarkan tetap dengan sangat rapat, rapi & rinci. Lagi-lagi ini
adalah khas Lizz.
Ndak terasa tebal sekian halaman habis
begitu saja. Justru karena sangat menarik dibaca dari awal hingga akhir.
Penantian sekian lama ndak sia-sia karena hasilnya sungguh patut mendapat acungan
jempol. Apalagi covernya sungguh elegan. Bidak catur, gambar yang sangat kena
untuk melambangkan sebuah “pertarungan” rasa & kehidupan.
Ada kelebihan, tentu ada kekurangan.
Tentu saja ini dari balik kacamata saya. Jujur, saya berharap ada “gangguan”
dari tokoh Ferdinand terhadap Kania & kekasihnya. Sedikit menambah ruwet
lah.. Tapi hal itu ndak saya jumpai karena novel ini sudah penuh dengan
berbagai tautan masalah & permainan emosi. Apakah hal ini mengganggu? Ndak
juga sih. Apalagi kemudian saya tahu alasan penulisnya: “kalau dipaksakan ada, itu
klise banget & malah aroma sinetron yang nongol”. Yah benar juga sih. Tapi masih tetap terasa kurang sedikit "nendang". Maaf ngeyel.. #peace.. ✌
Kekurangan lain adalah masih adanya
beberapa kesalahan kecil, semisal dobel huruf & hilangnya spasi antar kata.
Ndak banyak, tapi ada. Masih bisa dimaklumi karena novelnya saja setebal itu.
Masih bisa tercover oleh alur cerita yang mengalir deras, rapat & apik.
Kekurangan lain, ukuran font agak menyiksa mata usia 40+ & 50+. Mungkin itu
sudah standar dari pihak penerbit. Seandainya lebih bersahabat lagi ukuran
fontnya mungkin bisa berimbas pada bertambahnya jumlah halaman. Harganya
mungkin juga akan terpengaruh.
Novel ini sangat khas Lizz. Ada kisah
cinta manis yang diselipkannya. Sebuah cinta yang tidak biasa antara dua orang
sepupu. Tapi tetap saja ndak melanggar norma, karena keduanya ndak ada
pertalian darah. (Saya kutipkan pernyataan penulisnya: “biarpun aku bukan orang
yang terlalu relijius, tapi aku cukup paham bahwa ada banyak norma umum yang
seharusnya ndak boleh dilanggar”). Kisah cinta itu dalam novel ini hanya
pemanis secukupnya, penambah lezat, bukan fokus. And she did it!
Kesimpulan kami semua para pembaca
sekaligus sahabatnya (sempat ada diskusi soal ini hehe..), NOVEL INI JAUH
MELAMPAUI KATA LAYAK UNTUK DIBACA. Apalagi bila dikaitkan dengan si penulisnya
sendiri yang mencap diri sebagai “penulis abal-abal”. Novel ini SAMA SEKALI
BUKAN KARYA ABAL-ABAL. Semuanya berawal dari kecintaan luar biasa penulisnya
pada dunia membaca & menulis. Lebih dari itu, selalu ada sikap tidak
main-main dalam menuliskan setiap karyanya. Juga penghargaannya yang tinggi
pada setiap karya tulis yang beredar & pembaca karya-karyanya.
Berbahagialah kita yang berhasil menemukannya dalam sebuah blog apik khusus
fiksi bernama Blog FiksiLizz. Berbahagialah kami semua para sahabatnya yang
sudah memiliki sahabat manis seperti Lizz.
Semoga akan ada lagi novel-novel lain
dari Lizz yang terbit setelah ini. Dengar-dengar bisikan kabar burung, penulis
novel Eternal Forseti sedang menyiapkan sekuelnya, setelah pernah menuliskan
prekuelnya dalam bentuk cerbung di blognya.
__________
(PR.27.09.2017. Chris D.a.)
PS. Berhubung novel yang sudah sampai
ke tangan kami lupa belum difoto & sudah terlanjur dibawa si nduk, maka
gambar di atas saya comot dari sini.
keren resensi danjuga novelnya...
BalasHapusTak amin o kabeh es Al. Novele cen njuancuki apike. Ojob wingi sampek nggauetu mocone. Me time. Awak sing didapuk ngopeni arek arek wkkkkkkkkk
BalasHapusSehat terus awakmu yoh
Hiyuuuh pisuhane metu rweeek...
HapusMakasiiih, Mas... Dapat titipan ucapan terima kasih juga dari para crew JP.
BalasHapusSehat terus ya...
Resensi yang menarik. Jadi membuat penasaran. Semoga sehat selalu.
BalasHapus