Senin, 14 Desember 2015

Heboh Di Resto



Kemarin nyonya & saya, bersama abang saya & kedua ABGnya menghadiri pembaptisan bayi (anak kedua) mas F - salah seorang sahabat kami. Setelah acara itu selesai mas F & keluarga mengajak kami makan siang bersama. Total ada 4 keluarga dalam acara makan siang di sebuah resto yang ternyata sudah ada tempat yang dibooking secara khusus oleh pihak tuan rumah.

Semuanya berlangsung damai & sentosa, semua ngobrol-ngobrol ringan sambil menunggu hidangan utama datang, saya ngobrol dengan para ABG yang asyik mengemil dimsum, hingga ada keributan kecil terjadi. Baby Q - putri sulung mas F - yang usianya belum genap 2 tahun itu hampir saja terjengkang ke belakang bersama kursi makan baby yang didudukinya. Sebabnya seorang anak lelaki kekira usia 9-10 tahun iseng menggoyang-goyangkan kursi itu dengan kencang. Setelah ditegur dengan halus oleh mas F anak itu pergi. Akhirnya posisi kursi makan baby yang tadinya ada di antara mama & papanya dipindah ke sisi dekat tembok, antara mas F & mba E - sahabat kami yang lain. Lebih aman & ndak ada kemungkinan terjengkang

Ndak berapa lama baby Q tahu-tahu berteriak kencang, menjerit & menangis sampai benar-benar kejer. Saya yang duduknya agak jauh ndak begitu sadar apa yang terjadi. Baru juga mau buka mulut untuk bertanya saya lihat mba E sudah berdiri dengan panik sambil mengangkat baby Q dari kursi & mas F sibuk berusaha melepaskan gigitan anak lelaki yang tadi itu di tangan kiri putrinya.

Bayangkan!

Sebesar & sekuat apa tangan gadis kecil yang belum genap berusia 2 tahun & harus menerima gigitan yang sekuat-kuatnya dari seorang anak lelaki berusia 9-10 tahun yang tampaknya ndak bisa mengontrol kekuatannya sendiri? Perlu 3 orang dewasa untuk melepaskan gigitan itu. Itu juga baru berhasil setelah mas F terpaksa memencet hidung anak itu hingga ndak bisa bernapas. Begitu gigitan itu lepas mba E langsung muntab & meneriaki orangtua anak itu meskipun ndak tahu juga posisinya ada di mana. 

Seorang bapak bangkit dari duduknya di sudut yang agak jauh & menghampiri kami. Ia meminta maaf atas kelakuan putranya. Belum lagi kemarahan mba E surut seorang perempuan yang kemungkinan besar mama bocah itu mengeluarkan kata-kata yang kurang mengenakkan untuk didengar. Intinya kami diminta maklum atas kelakuan anak laki-lakinya, namanya juga anak-anak. Mba E yang punya ABG cowo yang sopannya astaganaga kontan muntab lagi & kembali meneriaki ibu itu sampai-sampai harus ditenangkan oleh abang saya (saat kejadian itu suami mba E sedang keluar sebentar ke ATM center).

Seharusnya anak dengan masalah perilaku menyimpang & berpotensi mengganggu pihak lain ndak dibiarkan berkeliaran begitu saja tanpa pengawasan ketat. Apalagi kemudian orangtuanya berpendapat bahwa seharusnya perilaku seperti itu dimaklumi karena dilakukan oleh anak-anak. Ini dalam pikiran saya sudah melampaui batas karena apanya yang harus dimaklumi dari upaya seorang anak untuk menyerang anak lain yang jauh lebih kecil dengan cara brutal seperti itu?

Selanjutnya perhatian kami ndak lagi pada keluarga kacau-balau itu melainkan fokus pada baby Q yang masih sangat kesakitan ketika lukanya dikompres oleh papanya. Saya yang melihat lukanya seperti apa langsung berasa mules sendiri. Berdarah, jelas-jelas berbentuk gigitan yang dalam & sudah pasti sakitnya luar biasa untuk anak yang belum genap berusia 2 tahun. Mba E ndak lepas mendekap baby Q yang masih nangis sekejer-kejernya ini sementara mas F berusaha mengobati luka putrinya dengan peralatan P3K milik resto. Lalu mama putri kecil ini ngapain? Ia terlihat sangat shock & hanya bisa (terpaksa) diam karena saat itu sedang menyusui bayinya (adik dari baby Q).

Heboh? Sudah pasti! Bahkan manager resto turun tangan sendiri bolak-balik ambil es batu, serbet bersih & kotak P3K untuk keperluan mengompres & mengobati luka. Dari hasil curi-curi dengar bisikan para waitress terungkap bahwa ternyata sudah 3x itu si anak membuat heboh dengan mengganggu anak lain di resto yang sama. Tapi yang paling parah yang kejadian ini.

Semalam nyonya saya sempat teleponan dengan nyonya mas F & mendapat kabar bahwa putrinya masih juga rewel sepanjang hari. Bahkan nyonya mas F sendiri mengaku bahwa selama ia belum pernah mendengar putrinya menangis sampai betul-betul kejer seperti itu. Sakit hati pasti. Saya saja masih berasa ngilu kalau mengingat tangisan baby Q itu.

Ndak pernah jadi aib memiliki anak dengan kecenderungan hiperaktif & mungkin saja terkesan ndak bisa dikendalikan. Anak itu adalah anugerah yang harus dirawat sebaik-baiknya. Yang bisa (& seharusnya) dilakukan oleh orangtua - apalagi yang punya uang - adalah membawa si anak dengan kecenderungan berperilaku "lain" untuk berkonsultasi dengan pihak yang berkompeten di bidang tumbuh kembang anak.

Berhenti sampai di situ? Tidak. Saat di tempat umum tolonglah untuk memberi perhatian lebih pada gerak-gerik anak agar ia ndak sempat memunculkan potensi untuk merugikan orang lain apalagi hingga melukai anak lain.

__________

(PR.14.12.2015.Chris D.a)


17 komentar:

  1. Asline yoh aku wingi iku pengen ngaplok mamae tuyul iku sumpah! Tapi yoh trus kudu ngguyu ndelok nyah bendoro ngamuk sa'kayange ngunu wkkkkkkk
    Suwun yoh Al

    BalasHapus
    Balasan
    1. Trus nggak suwun ng bendoro kanjeng mami??? Blasss nggak supan!

      Hapus
    2. Wkkkkkkkk suwun nyah (mbek nyembah2)

      Hapus
    3. Ikut mbayangin gimana kalau si Mbak marah... Tulisannya yang bernada marah aja bikin keder...

      Hapus
    4. Klu kejadiannya ga keterlaluan ... ga akan jg mBaknya jd marah Ibu ... :D

      Hapus
    5. Aku ndak sempat kudu ngguyu ndelok anakmu kejer ngono Nyut..

      Hapus
    6. Sepertinya yg jauh lbh penting adlh pembelajaran apa yg bs diambil dr kejadian yg kami alami & bkn siapa saat yg saat itu ada di sana.
      Terima ksh :)

      Hapus
  2. Saya kok ikutan kemropok Pak... Orang dewasa aja digigit pasti kesakitan apalagi dede mungil yang imyut kaya si baby Q. Gemes bacanya... Inget waktu bungsu saya ditaburi pasir mukanya sama anak tetangga yang bikin saya keluar taring dan malah saya mau dilaporin komnas anak gegara ngomelin anak itu.

    Anak kecil nakal wajar selama nggak bahaya buat orang lain. Tapi kalau sudah bahaya bukan cuma anaknya yang musti ditangani tapi emaknya bapaknya juga kudu ditatar...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kmrn stlh situasi membaik kami jg sempat diskusi ttg knp kok kemarahan mba E menyasar ke ortu anak tsb (bkn langsung ke anaknya). Trnyt dr pengamatan sekilas mas F ada kecenderungan bhw anak itu berperilaku "menyimpang". Dlm kondisi seperti ini anak "ndak tau apa2". Jls ortunya yg sehrsnya pegang kendali. Krn itu kami ndak bs menyalahkan anak ini. Ortunyalah yg sehrsnya aware 1000% thd kondisi & perilaku anak :)
      Kita sendiri jg ndak mudah utk mengomeli anak orng lain krn kita ndak bs memaksakan pola didik kita yg mungkin lain thd anak lain yg bkn anak kita :)
      Demikian mba Dyah..

      Hapus
  3. sek sebentar... aku tak menghela napas panjang dulu...

    ANCENE AREK KURANG AJAR IKI ANAKE SOPO SEMBARANGAN AE NYAKOTI ANAKE WONG AREK MENENG AE GAK LAPO LAPO KOK DICOKOT IKI EMAKE ENDI HEH AYO MRENE IKI ENDI EMAKE LEK GAK MUNCUL TAK LAPORNO PULISI DIKIRO KENE WEDI TAH...

    okeee... huuussssaaaahhhh... sekarang ambil napas panjang lagi...

    WAKAKAKAKAKAKAKAKAKAKAKAKAKAKAKA...
    BENDORO KANJENG MAMI ???

    WAKAKAKAKAKAKAKAKAKAKAKAKAKAKAKAKAKAKAKAKAKAKAKAKAKA... uhuk uhuk...

    WAKAKAKAKAKAKAKAKAKAKAKAKAKAKAKAKAKAKAKAKAKAKAKAKAKA...

    BalasHapus
    Balasan
    1. ehm... maap mas al...

      itu tadi agak kesambet...

      tidak bermaksud kurang ajar atau tidak supan...

      Hapus
    2. Sabaar mba Dani.. Ndak ada loh anak krng ajar. Apalagi kl trnyt anaknya ada kecenderungan pny mslh penyimpangan perilaku. Bs jd ia sama sekali ndak ada konsep bhw "ini benar - itu salah" & hal ini pastinya sm skli bkn kesalahan anak tsb.
      Yg jls seharusnya ortu terbuka dg kondisi anak yg smcm ini. Konsul dg pihak yg pny kompetensi di bidang ini & melakukan pengawasan ketat.
      Bknnya bersikap seolah-olah anaknya ndak apa2.
      Demikian mba Dani :)

      Hapus
  4. Ibuk'e bocah kuwi kurang piknik. Jajal dijak dolan nang kawah Bromo, trus jongkrokno.

    Mestinya si ibu minta maaf baik2, jelasin kalo anaknya begini-begitu dan akui lengah ga mantau 'pergerakan' anaknya. Lbh bagus kalo kemudian apa yg hrs dilakukannya sbg bentuk tanggungjawab sbg ortu anak berperilaku (maaf) agresif itu.

    Dg begitu, selain menunjukkan itikad baik jg sekaligus mendidik putranya utk bertanggungjawab dan perilaku negatif yg dilakukan si anak akan bikin ribet ortu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha.. Lg ngetrend skli istilah kurang piknik ini mas Hamzet :D

      Ketika papa dr anak ini minta maaf sbnrnya perkara sdh titik. Hny sj emosi ibu2 msh tersisa. Ibu yg 1 bersikap "sombong" seolah kjdn itu bkn mslh bsr smntr ibu yg lain ndak tega plus panik dg kondisi bayi teman dlm pelukannya yg msh super kejer.
      Yg panjenengan ungkapkan sepenuhnya bnr & memang sdh sehrsnya ortu bersikap seperti itu. Hny sj dg kondisi anak yg diduga ada penyimpangan perilaku & sepertinya blm prnh ada perawatan mk urusan mendidiknya jauh lbh kompleks lg tentunya :)

      Salam,
      Chris

      Hapus
  5. Ada yg bilang klo anak yg nakal sekali tuh anak yang pintar banget jdnya sang ortu harus mengupayakan bagaimana sia anak bs menyalurkan kenakalannya jangan sampai menyakiti / melukai oranglain, terkadang malah jg merusak barang orang.
    Saya punya teman sesama emak2 yg punya anak super duper nakalnya dari kecil anak itu udah nakal si trouble maker aku mencap anak itu, krn udah bbrp kali melukai anak2ku saat bermain,bukan kenakalan biasa yg msh bisa dimaklumi. Bahkan orang tuanya anak ini langganan dipanggil guru krn ulah anaknya, kasihan jg. Anak ini menurutku lho yaa sangat. cerdas, energinya banyak, banyak kursus yg ia jalani namun spt tak ada lelahnya. Semoga siih suatu hari nanti ia akan berubah.
    Sabar ya baby Q, mudah2an gak ktemu anak nakal lg yaa..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima ksh sdh mengunjungi & berpartisipasi dlm blog kami ini bu Indah :)

      Salam,
      Chris

      Hapus

Komen boleh aja, boleh banget sih! Tapi yang sopan yah.........