Kamis, 22 Juni 2017

Susahnya "Mengusir" Emak




Emak atau Mak Tutun adalah ART kami yg sudah ikut Nyonya sejak jaman purba. Ketika Nyonya & Nduk pindah ikut saya otomatis Emak ikut juga. Loyalitasnya jangan ditanya. Apalagi rasa sayangnya pada Nduk. Ndak perlu diragukan lagi.

Menyuruh Emak libur itu suliit sekali. Ia memang ndak punya keluarga inti (anak & suami). Yg ada hanya keponakan2nya. Tapi ia lebih sayang sama Nduk daripada sama keponakan2nya. Itu pernah diakuinya sendiri. Ndak sayang bagaimana wong Nduk sudah diurusnya sejak bayi merah.


Libur menjelang Idul Fitri kali ini kami (Nyonya & saya) cuma berdua saja di rumah. mBulan madu lagi hehe.. 😳 Anak-anak sudah saya antar ke papanya hari Minggu kemarin sekalian pulangnya saya jemput Nyonya di bandara. Si Nduk yg sebetulnya berhak atas libur awal summer selama 2 minggu lebih memilih ikut training ke benua lainnya lagi karena kepincut duitnya. Ndak apa-apa buat pengalaman mumpung ada kesempatan. Pasangan sopir & ART kami juga sudah pamitan untuk mudik ke Tegal sampai akhir minggu depan sejak dini hari tadi. Emak? Karepnya sih ndak mau lama2 libur. Ketika Nyonya sedang liburan beberapa hari lalu terpaksa saya jelaskan kalau saya butuh waktu berdua saja dgn Nyonya. Kami ndak ada rencana ke mana2 & ingin menikmati libur di rumah saja.

Awalnya ia mau tapi masih ngotot mau balik ke sini lebaran hari ketiga. Aduuh.. Pusing juga saya 😵. Bisa gagal acara mbulan madu kalau ia kesusu mecungul balik ke sini 😰. Akhirnya saya pakai cara pamungkas, minta tolong si Nduk untuk bicara sama Emak via skype. Setelah ngakak parah & bully saya (waktu kejadian saya bujuk2 Emak itu Nyonya sedang terbang kembali ke sini) ia mau juga bicara ke Emak. Biasanya kalau yang ngomong nduk ayunya yg 1 ini Emak akan nurut tanpa banyak protes. Saya ndak tahu apa yg mereka berdua obrolkan yg jelas siasat saya berhasil. Emak bersedia "diusir" & baru akan balik ke sini kalau Misman menjemputnya nanti setelah liburan usai, dgn catatan yg digarisbawahi tebal2 kalau "ada apa-apa" kami HARUS meneleponnya supaya ia bisa balik cepat-cepat. OK saya setuju.

Tadi pagi sekitar jam 9 Emak bisa juga kami berangkatkan ke Tangerang. Diantar salah seorang sobat si Nduk. Bawaannya banyak seperti orang mau transmigrasi haha.. Itu oleh2nya buat keluarga. Sebelum berangkat masih mengingatkan sekali lagi soal mengabari ia kalau "ada apa-apa". Ndak cuma itu, ia juga menitip nomor HPnya ke mba Tien melalui putra mba Tien yg mengantarnya tadi dgn pesan yg sama.

Saya hargai betul sikap Emak. Secara terbuka ia pernah ungkapkan pada saya bahwa ia sedih tiap kali saya sakit. "Waktu ada neng Puput, ibu masih ada gantinya jaga bapak kalau bapak sakit. Sekarang kan ndak ada. Ibu sendirian. Lagipula neng sudah nitip ke Emak supaya jaga ibu sama bapak." Terharu betul hati saya sewaktu Emak bicara seperti itu.

Buat saya Emak itu anomali. Dgn sikap Nyonya dulu yg "seperti itu" susah bagi Emak untuk kerasan bekerja ikut Nyonya. Yg membuatnya bertahan adalah Nduk Ayu. Kalau Emak ndak ada entah bagaimana nasib Nduk Ayu. Cintanya pada Nduk benar-benar tanpa syarat. Saya memahami betul bila Nduk menganggap Emak sebagai ibu keduanya. Kalau waktunya skypean pasti ada jatah khusus "setor muka & suara" ke Emak 😃.

Saya masih ingat "ancamannya" ketika ia pertama ikut bergabung tinggal di sini. "Kalau bapak ndak baik sama neng Puput saya siap mati bela neng Puput." Sebuah peringatan yg ndak bisa dianggap sepele. Saat itu juga saya tahu bahwa akan ada yg mengawasi saya 😃 sekaligus saya tahu bahwa Nduk aman karena ada bodyguardnya.

Seperti apa kehidupan kami tanpa Emak, saya ndak pernah bisa membayangkan. Banyak teman & kenalan kami yg takjub dengan kesetiaan Emak. Saya sendiri ndak terlalu heran karena ART di keluarga kami rata-rata awet. Padahal sikap kami biasa saja. Kalau menghargai jelas, bagi kami mereka adalah anggota keluarga, bukan orang lain lagi. Ndilalah (apa ya bhs.Indonesianya ndilalah? 😅) ndak ada sejarahnya ART kami yg "ngelunjak". Yg 1 ini malah aneh. Diberi jatah libur malah ngeles melulu haha..

Saya menulis ini bukan dgn maksud "meminggirkan" peran Siti & Misman dalam keluarga kami. Mereka berdua sama pentingnya dalam porsi yg lain. Misman juga loyal dgn caranya sendiri, demikian juga istri tersayangnya Siti. Bertiga dgn Emak mereka mengurus anak2 & saya dgn sangat baik ketika ditinggal Nyonya selama 2 minggu untuk menengok Nduk. Bahkan untuk urusan jadwal saya makan & minum obat Emak lebih galak daripada Nyonya hehe..

Untuk Emak, Siti & Misman, SELAMAT MENYAMBUT & MERAYAKAN IDUL FITRI bersama keluarga tercinta. Semoga selalu diberi karunia kesehatan sehingga kita masih bisa bertemu lagi seperti biasanya. Terima kasih atas loyalitas kalian pada keluarga kami. Semoga Tuhan berkati selalu..

__________

(JP.22.06.2017.Keluarga Chris Darmoatmojo)

5 komentar:

  1. Byuh... Jadi inget mendiang Mbok Pik 😑 ART super setia 👍👍👍

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nyah! He ngalih he! Jok diganggu uwong kape hanimun iku! Wkkkkkkkk

      Hapus
    2. Wakakak... Ho'oh yo? Lapo aku nyelip ndek kene barang! Tak'nyingkrih wes, nyincing jarik 😆😆😆

      Hapus
    3. @Nyah Lis: iyo nganti sedo melok sam Noid. Ati2 kesrimpet jarik haha..
      @Kenyut: nang endi2 awakmu ncen ngisruhan kok Nyut haha.. Slendro ndak waras2.

      Hapus
  2. Terharu...
    Sepertinya sudah susah cari sosok seperti Emak sekarang ini.

    BalasHapus

Komen boleh aja, boleh banget sih! Tapi yang sopan yah.........