Kurang Piknik

Frase itu dicetuskan beberapa hari lalu oleh salah seorang adik saya ketika ia dengar kabar nyonya saya kondisinya drop. Kecapean.

Sepertinya ia benar bahwa belakangan ini kami memang kurang piknik. "Piknik" yang sudah direncanakan jauh hari untuk mengisi libur akhir tahun pada akhirnya harus "gatot" alias gagal total. Padahal tiket pesawat sudah di tangan, penginapan & akomodasi di tempat tujuan sudah siap, koper sudah tinggal angkat. Apa mau dikata, hari Rabunya mau berangkat, Senin sebelumnya saya harus masuk ICU lagi setelah kolaps di kantor.

Sedih. Apalagi seperti kejadian-kejadian sebelumnya saat saya harus masuk ICU nyonya saya sama sekali ndak pernah mau pulang ke rumah. Ia baru mau pulang saat saya sudah dipindah ke ruang perawatan biasa (tepat pada hari Natal). Itupun besoknya pagi-pagi sekali sudah muncul lagi. Baru pulang sorenya. Begitu tiap hari sampai tiba waktunya saya boleh pulang ke rumah.

Ketika saya sudah cukup istirahat, sampai juga jadwalnya saya harus masuk kantor lagi. Anak-anak juga sudah harus masuk sekolah. Tinggallah nyonya saya dengan rutinitas hampir tanpa istirahatnya mengurusi kami semua. Benar-benar kurang piknik sampai harus terkapar ndak bisa bangun dari hari Selasa sampai hari ini. Kalau memaksa bangun keliyengan katanya. Memang harus istirahat total selama beberapa hari ke depan tampaknya.

Sudah begitu masih juga dibully anaknya. "Bilang aja lagi kepengen diempok-empok Papa Ma.." Begitupun mamanya masih bisa tertawa. Tinggal saya yang ingin sekali menjewer telinga anak itu tapi ia sudah keburu kabur.

Dulu yang namanya "piknik" memang masih sering kami lakukan berdua. Ndak mengajak si ucrit tukang bully itu. Hanya sekedar berlagak touring berdua boncengan naik motor tahu-tahu sudah sampai ke Cibubur, Bogor, Pamulang, Serpong, Karawang, dll. Hampir tiap Sabtu seperti itu.

Sekarang?

Boro-boro.. Wong motornya saja sudah saya jual sejak saya pindah kantor ke daerah yang jauh dari rumah. Lagipula waktu itu kondisi saya juga sudah sering drop. Ndak memungkinkan sering-sering jalan naik motor. Sayang sebetulnya. Tapi daripada mangkrak tanpa guna di garasi sudahlah saya pindah tangankan saja. Si ucrit juga ndak bisa pakai wong ia coba naik motor matic 110 cc saja huyag-hayig mau nyungsep apalagi menunggangi motor sport 250 cc. Kebanting hehe..

Kelihatannya saya harus "menghidupkan lagi" piknik model touring begini. Harus berpikir ribuan kali tapi makin berpikir kok makin tertarik. 

Gimana Nya? (noleh ke arah nyonya yang masih ngeringkel digulung selimut. Ia cuma tersenyum. Manis. Kelihatannya benar minta diempok-empok)

__________

(09.01.2016.Catatan ngaco untuk menghibur diri.Chris D.a)