Rabu, 17 Februari 2016

(T'sC) Me, Now, An "IRT"



Sebelum-sebelumnya aku nda pernah membayangkan bahwa diriku akan menjalani peran sebagai ibu rumah tangga sepenuhnya. Bukan karena aku nda mau menjadi IRT atau merendahkan peran itu. Sama sekali bukan. Tapi karena selama ini aku menjadi perempuan yang bekerja karena (yang pertama) mengamalkan ilmu dan (yang kedua) tuntutan hidup.

Aku cukup menyukai pekerjaanku sebagai seorang pengajar. Ketika aku harus menjadi single parent (karena berpisah dengan suamiku) maka pekerjaan itulah yang menjadi gantunganku untuk menghidupi putri tunggalku. Apalagi saat mantan suamiku meninggal dan aku benar-benar single parent secara finansial.

Tapi karena alasan yang benar-benar pribadi karirku jalan di tempat. Benar-benar mandeg. Saat itu aku sudah menikah lagi dengan pak Chris. Beliau sama sekali nda pernah menghalangiku untuk tetap bekerja, tapi ketika melihatku seperti sudah “nda ada harapan lagi” maka beliau memintaku untuk mempertimbangkan lagi pekerjaanku. Setelah mempertimbangkan banyak hal akhirnya aku memilih untuk mengundurkan diri.

Selama beberapa bulan aku menjalani peran sebagai seorang IRT. Aku cukup stress karena sebelumnya terbiasa sibuk. Pak Chris rupanya melihat itu. Beliau kemudian melepaskan semua anak lesnya untuk aku tangani. Lalu beliau mengusulkan untuk berwiraswasta. Aku melihat sebuah peluang dan akhirnya aku menjalani usahaku bersama seorang teman. Namanya mba Tien. Kami berpartner. Memberi les masih kulakukan tapi aku nda menambah anak les baru kalau ada yang sudah selesai periodenya sehingga akhirnya anak-anak lesku habis.

Dalam perjalanan berpartner selama sekian tahun nda ada hambatan yang berarti. Mba Tien sebagai partner dan aku bisa saling memahami dengan baik. Ketika salah satu dari kami terpaksa nda bisa aktif karena urusan keluarga maka yang lain bisa menangani semua urusan dengan baik juga.

Lalu ada saatnya mba Tien membutuhkan lebih banyak lagi penghasilan karena terpaksa harus menjadi seorang single parent. Suami tercintanya wafat mendadak karena (diduga) serangan jantung. Hampir pada saat yang sama kondisi kesehatan pak Chris juga menurun. Aku berembuk dengan mba Tien. Sampailah kami pada kata sepakat bahwa mba Tien akan menangani usaha bersama kami dengan porsi lebih banyak sehingga berimbas pada pendapatannya yang meningkat. Aku sendiri nda masalah pendapatanku dari usahaku berkurang (karena porsi kerjaku lebih sedikit) karena masih ada pak Chris yang masih bisa menopang finansial keluarga.

Satu hal yang aku ingat betul, mba Tien pernah mengatakan begini: “Wi, urus suamimu baik-baik selagi masih ada waktu. Jangan seperti aku, merasa banyak kehilangan waktu bersama karena mas Eric rasa-rasanya terlalu cepat dipanggil Tuhan.” Aku selalu ingat kata-kata mba Tien itu. Maka ketika kondisi pak Chris terus menurun sekitar setahun ini aku pun memutuskan untuk lebih banyak mengurus beliau. Aku nda lepas tangan sepenuhnya dari usahaku bersama mba Tien. Sesekali aku masih ikut mengurusnya tapi saat ini sekitar 80% urusan usaha ditangani mba Tien sendirian.

Awalnya aku merasa ada gegar budaya saat menjalani peranku sebagai IRT. Lebih banyak merasa menganggur dan hanya lebih sibuk kalau pak Chris harus dirawat di rumahsakit. Tapi aku nda pernah menyesalinya sedikitpun. Apalagi kemudian aku tambah kesibukan dengan adanya 2 orang keponakan yang tinggal bersama kami. Rumah jadi tambah ramai. Aku juga punya tugas tambahan mengantar-jemput mereka ke sekolah setiap hari dan menemani mereka belajar. Sesekali aku masih menengok usahaku dan mba Tien.

Selebihnya? Aku syukuri dan nikmati saja apa yang masih boleh kumiliki sekarang.
:-D

(Tiwi’s Corner. 17Feb2016)



14 komentar:

  1. Tetap semangat bu. Ora et Labora senantiasa :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul pak. Harusnya begitu. Terima kasih & salam :-)

      Hapus
  2. aku garis bawahi yg ini aja : "Aku syukuri dan nikmati saja apa yang masih boleh kumiliki sekarang".

    iyesss...
    kuncinya emang di situ itu, mbak...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba Dani. Plus ikhlas murni. Yg terakhir ini kadang2 msh sulit. Terima kasih & salam :-)

      Hapus
  3. IRT itu sesuatu bingits Bu...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar sekali memang mba :-) Terima kasih & salam :-)

      Hapus
  4. Dede Uwiwi mama momo papan maen nini yagi ?????


    #google translate gi jebol wakwakwakwakwak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cium Quin :-D Dede gemes! Nanti kl momonya sehat ya? Salam buat ade Danzel :-)

      Hapus
  5. Kita kebalik ya bu, semasa gadis saya malah ingin jadi IRT, eh suami daftarin saya ikut tes peg.Pemda, udah gitu ngomporin saya utk menulis halah, jalan hidup kita emang sudah ditentukanNya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul itu bu. Paling enak memang ya sudah lah dijalani, dinikmati, disyukuri. Meskipun gampang ngomongnya dan susah prakteknya he he he he
      Salam :-)

      Hapus

Komen boleh aja, boleh banget sih! Tapi yang sopan yah.........