Senin, 18 Juli 2016

Hari Pertama Masuk Sekolah (Sebuah Kenangan)



Hari ini adalah hari pertama anak-anak masuk sekolah lagi setelah libur panjang. Kedua keponakan saya masuk kelas 1 SMA (kelas 10) hari ini. Setelah 11 tahun bersekolah di tempat yang sama sejak TK, mulai jenjang baru ini keduanya memutuskan untuk berpisah sekolah. "Bosen lihat dia lagi dia lagi." Begitu keduanya beralasan sambil nyengir.

Tak mungkin Mas (yang sengaja ambil cuti) membagi dirinya jadi 2 untuk mengantar si kembar ke sekolah masing-masing. Jadilah keduanya kemarin suit gunting-batu-kertas untuk menentukan siapa yang akan diantarkan papanya. Si cantik menang. Tapi dengan senang hati ia menyerahkan hak itu pada si ganteng. Kenapa? Karena ia memahami bahwa si ganteng sebenarnya kurang nyaman kalau harus diantar tantenya (mamanya Nduk). Takut dibilang anak mami, hehe.. Jadilah Mas mengantar si ganteng & mamanya Nduk mengantar si cantik.

Mau tak mau memori saya berputar pada masa bertahun-tahun lalu. Ketika saya mengantarkan putri kesayangan saya masuk ke sekolah barunya. Saya memindahkan ia dari sebuah sekolah di Depok ke sekolah yang relatif cukup dekat rumah kami waktu ia naik kelas 5 SD.

Saya menangkap keraguan di matanya. Tapi pada saat itu kami tak punya pilihan lain. Depok terlalu jauh dari tempat tinggalnya yang baru, rumah saya, rumah kami sekarang. Saat itu mamanya menyerahkan sepenuhnya urusan sekolah Nduk Ayu ke tangan saya. Terserah saya, sesuai dengan yang saya minta.

Tak pernah mudah untuk menyesuaikan diri di tempat baru. Begitu juga Nduk Ayu. Faktor standar pengajaran yang berbeda dari sekolah lama kemudian membuatnya pontang-panting. Tapi ia benar-benar pejuang sejati. Semua kesulitan yang berkaitan dengan pelajaran berhasil dikalahkannya. Beruntung tak ada "budaya" bullying di sekolah baru sehingga ia tak terlalu sulit bersosialisasi walaupun tak bisa meninggalkan sifat pendiamnya.

Hingga Nduk selesai SMA, saya yang mengantarnya ke sekolah setiap hari, kecuali saya sakit atau dinas luar. Di samping karena ndak terlalu jauh dari kantor lama saya, juga karena saya suka mendengar cerita-ceritanya seputar sekolah. 

Lalu seusai SMA ia memilih untuk kuliah di luar kota. Ada rasa kehilangan. Tapi bentangan jarak ndak membuat kami kehilangan kedekatan. Ia tetaplah gadis kecil kesayangan saya. Hanya saja bertambah kedewasaan berpikir, meningkat kemandiriannya, lebih luas lagi ilmu & wawasannya. Kolokannya sih tetap saja.

Sebentar lagi ia akan terbang makin jauh karena penempatan dari kantor. Saya ndak bisa memenuhi janji saya untuk mengantarnya karena kondisi kesehatan saya belakangan ini ndak memungkinkan untuk terbang jauh belasan jam lamanya. Sungguh saya sangat menyesalinya. Tapi dengan arif ia mengatakan: "aku tahu papa bukannya mau ingkar atau ngeles tapi memang benar-benar lagi ndak bisa & itu di luar kuasa papa.' Kalimat yang benar-benar membuat hati saya tersentuh & membuat ndak ragu lagi untuk menjanjikan hal yang lain.

Salah satu tugas saya untuk mengantarnya sekolah sudah selesai. Ia sudah mulai bisa berdiri di atas kakinya sendiri & mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan di jenjang magister atas tanggungan perusahaan mulai tahun depan. Ndak banyak orang yang bisa mendapatkan kesempatan itu. 

Ia memang putri saya. Walaupun ndak ada darah saya mengalir dalam tubuhnya, selamanya ia tetaplah putri kecil kesayangan saya. Tapi ia sama sekali bukan milik saya. Ia milik hidupnya sendiri. Dan saya berterima kasih sekali sudah diijinkan untuk menjadi papanya.

Semoga tahun depan ketika ia menginjakkan kaki untuk pertama kali di kampusnya yang baru, saya boleh berada di sana. Sekalian sedikit mengenang masa-masa ketika saya harus menyelesaikan pendidikan di tempat yang sama.

__________

(JP.18.07.2016.Chris Darmoatmojo)



16 komentar:

  1. Aku tadi juga nganterin anakku. Sampe di depan pintu pager, hihihi...

    Ehm, soal ini :
    "Sekalian sedikit mengenang masa-masa ketika saya harus menyelesaikan pendidikan di tempat yang sama."
    😁
    Salam buat Liza yak? πŸ˜†

    BalasHapus
    Balasan
    1. Liza iku slengkianmu gek kono ndisek a Al? Wkkkkkkkkk
      Njebluk njebluk kon wkkkkkkkk

      Hapus
    2. Hedeeh sing disoroti kok yo sing iku se rek? Sstt..

      Hapus
  2. Pa Chris rajin nulis kayae petanda bagus qiqiqiqiqi

    BalasHapus
  3. Sipp. Waktu akan menjawab semuanya :)

    BalasHapus
  4. Suka dgn tulisan ini.........salam kenal Pak Chris

    BalasHapus
    Balasan
    1. Trm kasih apresiasinya mba Dewi. Salam kenal kembali πŸ˜ƒ

      Hapus
  5. Sehat terus ya Pak, barangkali bisa nengok si Nduk kalo udah nerusin sekolah di luar :)

    BalasHapus
  6. waduh... aku amini sedalam-dalamnya...

    welcome back, mas...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Matur nuwun sanget mba Dani. You too πŸ‘

      Hapus
  7. Amiin...saya berdoa semoga harapan-harapan bapak terwujud. Tetap semangat, pak!

    BalasHapus
  8. Kasih sayang seorang ayah hiks

    Jadi kangen ayah 😭😭

    BalasHapus

Komen boleh aja, boleh banget sih! Tapi yang sopan yah.........