Menurut gosip yang beredar di rumah hari ini adalah anniversary kedua
anak gadis saya dengan cowonya. Saya geli saja melihat gaya pacaran mereka yang
kadang-kadang masih kelihatan malu-malu. Tapi sepertinya memang begitulah bila
seorang gadis yang agak introvert bertemu dengan cowo cukup pendiam. Ilmu
kebatinannya terasa sekali. Ndak perlu ngomong panjang lebar tapi sepertinya
sudah cukup saling memahami.
Beberapa minggu lalu seharian si cowo ini ada di rumah kami. Istilah
ngapel kok kayaknya juga ndak tepat. Ndak tahulah apa istilahnya. Anak-anak ini
ndak mungkin keluyuran karena si cowo lagi kena gejala flu. Jelas kelihatan
kalau ia lagi nggliyeng (pening) dan suaranya sudah bindheng (sengau). Saya
suruh saja sekalian menginap. Ndak mungkin juga saya biarkan dia pulang ke
apartemennya dalam kondisi begitu. Ndak tega saya..
Jadilah seharian itu dia masih juga saya penjarakan di rumah. Sengaja
saya kerjain. Tapi kok kelihatannya dia cuek-cuek saja. Malah cenderung betah
dimanjakan sama pacar dan mama pacarnya.
Setahu saya sih anak gadis saya bukan type gemar mencoba “hal yang
tidak-tidak”. Ndilalah si cowo ini sepertinya begitu juga. “Saya juga punya
adik perempuan”, setidaknya saya tahu dia punya prinsip seperti itu.
Saya memang pernah melarang anak gadis saya ini pacaran saat masih
sekolah (sekarang sudah ndak sekolah lagi. Sudah kuliah. Lain kan istilahnya?).
Sejarahnya mengkhawatirkan dan saya ndak sanggup kalau sampai terjadi “hal yang
tidak-tidak” padanya. Untungnya dia menurut.
Sebetulnya saya ngeri juga membaca dan menonton berita tentang maraknya
gaya pacaran muda-mudi masa kini. Bahkan belakangan lagi ngetop soal cowo SMP
yang “nembak” cewe SD, peluk-pelukan dan segala macam. Saya dulu juga
sudah suka sama cewe SD waktu saya sudah SMP. Tapi juga ndak segitunya kali..
Dulu enjoy sekarang ngeri. Ah! Ngomong apa ini? Kembali ke topik.
Secara jelas dan tegas sudah saya nyatakan rule pacaran ala papa pada
anak gadis saya. Mumpung belum saya patenkan, saya gelindingkan saja di sini
rule itu :
1. Cowomu haruslah cowo baik-baik
2. MamPap harus kenal siapa cowomu
3. No sleeping together, no making love before married, no smoking, no
drugs, no alcohols
4. Mencintai secukupnya saja
Kuno? Saya memang produk pendidikan kuno. Tapi bila yang kuno itu bisa
menyelamatkan, mengapa tidak?
Saya perhatikan memang selalu ada yang berubah pada anak gadis saya
ketika si cowo ini ada di rumah kami (dan menginap, sudah beberapa kali). Si
gadis yang kesehariannya di rumah suka sekali memakai celana gemes dan baju
asal nempel jadi lebih sopan dan rapi. Celananya minimal selutut dan lengan
bajunya lumayan turun. Kalau ndak ada kelihatan batang hidungnya si cowo ini?
Ya kembali lagi dandannya si anak gadis seperti semula. Kalau diingatkan,
jawabannya: “Lah ndak ada orang ini aja kok!” Loh.. Jadi mama-papanya dan Emak
dianggep celengan ayam apa ya? Nasib..
Sejauh ini sih saya amati masih aman-aman saja. Keduanya (terutama si cowo)
masih bisa saling menjaga. Saya ndak tahu apakah hubungan cemewew ini bisa
bertahan lama. Tapi semoga saja karena ndak mudah juga menemukan cowo baik-baik
yang bisa segitu sayangnya sama anak gadis saya.
(PR.25.02.2015.Chris
D.a)
Saya setuju point empat. Mencintai nggak udah menanyakan. Secukupnya aja. Soalnya biar nggak terlalu galau dan cepet move on nya kalau ternyata Tuhan punya rencana lain(baca : nggak jodoh)
BalasHapusMencintai nggak udah menanyakan. ==> sy msh meraba mksdnya Mba Dyah apa ya? hehe..
HapusTp betul Mba, menghindari "sakitnya tuh di sini" (tunjuk jempol kaki :D )
Salam, Chris
Ehem pak, saya cuma mau memperjelas, tulisan yang dicoret, itu maksudnya gimana ya? wkwkwkwk *kabuoorrrrr :D
BalasHapusIkut kaburr.. hehe
HapusLhoh ini blogny Puput & pa Chris ya? Waw keren! Nita jg mau tnya maksudnya tulisan coret itu apa? Wakwakwakwak
BalasHapusIya Mba Nita.. Apa kbr? Tulisan dicoret? Hehe.. :x Slm buat klrg ya?
HapusPak itu typo....maksudnya kebanyakan.... Bukan menanyakan
BalasHapusOK bs dipahami Mba, trm kasih..
HapusAnak saya dua-duanya perempuan (10 th & 2 th), dan si sulung sekarang sudah mulai dapat petuah-petuah dari ibu dan ayahnya. Biarin aja kita kelak mo dibilang kuno, jadul, dsb :)
BalasHapusBtw, saya nggak bisa baca tulisan yang dicoret itu tuh :D
Maaf terlambat sekali bls komennya mas Ryan.
BalasHapusSy lihat anak2 jaman skrng lebih cpt 'dewasa' dibandingkan dg jaman kita msh seusia mereka dulu. Kuno/jadul kl bs sedikit memperbesar potensi penyelamatan mengapa tdk? :)
Trm kasih atensinya.
(C)