Rabu, 25 Februari 2015

Mengintip Gaya Pacaran Si Gadis




Menurut gosip yang beredar di rumah hari ini adalah anniversary kedua anak gadis saya dengan cowonya. Saya geli saja melihat gaya pacaran mereka yang kadang-kadang masih kelihatan malu-malu. Tapi sepertinya memang begitulah bila seorang gadis yang agak introvert bertemu dengan cowo cukup pendiam. Ilmu kebatinannya terasa sekali. Ndak perlu ngomong panjang lebar tapi sepertinya sudah cukup saling memahami.


Beberapa minggu lalu seharian si cowo ini ada di rumah kami. Istilah ngapel kok kayaknya juga ndak tepat. Ndak tahulah apa istilahnya. Anak-anak ini ndak mungkin keluyuran karena si cowo lagi kena gejala flu. Jelas kelihatan kalau ia lagi nggliyeng (pening) dan suaranya sudah bindheng (sengau). Saya suruh saja sekalian menginap. Ndak mungkin juga saya biarkan dia pulang ke apartemennya dalam kondisi begitu. Ndak tega saya..

Jadilah seharian itu dia masih juga saya penjarakan di rumah. Sengaja saya kerjain. Tapi kok kelihatannya dia cuek-cuek saja. Malah cenderung betah dimanjakan sama pacar dan mama pacarnya.

Setahu saya sih anak gadis saya bukan type gemar mencoba “hal yang tidak-tidak”. Ndilalah si cowo ini sepertinya begitu juga. “Saya juga punya adik perempuan”, setidaknya saya tahu dia punya prinsip seperti itu.

Saya memang pernah melarang anak gadis saya ini pacaran saat masih sekolah (sekarang sudah ndak sekolah lagi. Sudah kuliah. Lain kan istilahnya?). Sejarahnya mengkhawatirkan dan saya ndak sanggup kalau sampai terjadi “hal yang tidak-tidak” padanya. Untungnya dia menurut.

Sebetulnya saya ngeri juga membaca dan menonton berita tentang maraknya gaya pacaran muda-mudi masa kini. Bahkan belakangan lagi ngetop soal cowo SMP yang “nembak” cewe SD, peluk-pelukan dan segala macam.  Saya dulu juga sudah suka sama cewe SD waktu saya sudah SMP. Tapi juga ndak segitunya kali..  Dulu enjoy sekarang ngeri. Ah! Ngomong apa ini? Kembali ke topik.

Secara jelas dan tegas sudah saya nyatakan rule pacaran ala papa pada anak gadis saya. Mumpung belum saya patenkan, saya gelindingkan saja di sini rule itu :
1. Cowomu haruslah cowo baik-baik
2. MamPap harus kenal siapa cowomu
3. No sleeping together, no making love before married, no smoking, no drugs, no alcohols
4. Mencintai secukupnya saja

Kuno? Saya memang produk pendidikan kuno. Tapi bila yang kuno itu bisa menyelamatkan, mengapa tidak?

Saya perhatikan memang selalu ada yang berubah pada anak gadis saya ketika si cowo ini ada di rumah kami (dan menginap, sudah beberapa kali). Si gadis yang kesehariannya di rumah suka sekali memakai celana gemes dan baju asal nempel jadi lebih sopan dan rapi. Celananya minimal selutut dan lengan bajunya lumayan turun. Kalau ndak ada kelihatan batang hidungnya si cowo ini? Ya kembali lagi dandannya si anak gadis seperti semula. Kalau diingatkan, jawabannya: “Lah ndak ada orang ini aja kok!” Loh.. Jadi mama-papanya dan Emak dianggep celengan ayam apa ya? Nasib..

Sejauh ini sih saya amati masih aman-aman saja. Keduanya (terutama si cowo) masih bisa saling menjaga. Saya ndak tahu apakah hubungan cemewew ini bisa bertahan lama. Tapi semoga saja karena ndak mudah juga menemukan cowo baik-baik yang bisa segitu sayangnya sama anak gadis saya.


(PR.25.02.2015.Chris D.a)

10 komentar:

  1. Saya setuju point empat. Mencintai nggak udah menanyakan. Secukupnya aja. Soalnya biar nggak terlalu galau dan cepet move on nya kalau ternyata Tuhan punya rencana lain(baca : nggak jodoh)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mencintai nggak udah menanyakan. ==> sy msh meraba mksdnya Mba Dyah apa ya? hehe..
      Tp betul Mba, menghindari "sakitnya tuh di sini" (tunjuk jempol kaki :D )
      Salam, Chris

      Hapus
  2. Ehem pak, saya cuma mau memperjelas, tulisan yang dicoret, itu maksudnya gimana ya? wkwkwkwk *kabuoorrrrr :D

    BalasHapus
  3. Lhoh ini blogny Puput & pa Chris ya? Waw keren! Nita jg mau tnya maksudnya tulisan coret itu apa? Wakwakwakwak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mba Nita.. Apa kbr? Tulisan dicoret? Hehe.. :x Slm buat klrg ya?

      Hapus
  4. Pak itu typo....maksudnya kebanyakan.... Bukan menanyakan

    BalasHapus
  5. Anak saya dua-duanya perempuan (10 th & 2 th), dan si sulung sekarang sudah mulai dapat petuah-petuah dari ibu dan ayahnya. Biarin aja kita kelak mo dibilang kuno, jadul, dsb :)
    Btw, saya nggak bisa baca tulisan yang dicoret itu tuh :D

    BalasHapus
  6. Maaf terlambat sekali bls komennya mas Ryan.
    Sy lihat anak2 jaman skrng lebih cpt 'dewasa' dibandingkan dg jaman kita msh seusia mereka dulu. Kuno/jadul kl bs sedikit memperbesar potensi penyelamatan mengapa tdk? :)
    Trm kasih atensinya.
    (C)

    BalasHapus

Komen boleh aja, boleh banget sih! Tapi yang sopan yah.........