Kamis, 19 Januari 2017

Great Brother Ever



Tahun lalu pada sekitaran tanggal yang sama dengan hari ini, saya menulis tentang adik-adik saya. Dan sekarang, saya mencoba untuk menuliskan tentang abang saya. Sulit, karena besarnya rasa segan saya padanya. Jadi saya ndak biasa membully dia hehe.. Tapi hari ini adalah hari ulang tahunnya. Jadi kepalang tanggung, saya akan tetap mencobanya.


Mas adalah satu-satunya abang yang saya miliki. Jarak usia kami ndak terlalu jauh. Ndak genap 2 tahun. Dan hubungan kami sangat dekat (sampai sekarang).

Seutuhnya dia orang yang bisa ngemong. Sabarnya jauh melebihi saya. Sabar yang menimbulkan rasa segan buat kami adik-adiknya. Sebagai bandingannya, kalau isengnya adik saya kumat, saya menegur, adik saya paling cuma nyengir saja dengan ekspresi meledek yang menyebalkan sekali. Tapi kalau Mas sudah turun tangan, cuma panggil nama saja tanpa nada tinggi, adik saya sudah mengkeret. Sakti!

Begitu juga terhadap si bungsu kriwil. Si kriwil ini cuma berani manja sama adik saya dan saya. Kalau sudah lengket, minta jajannya macam-macam hehe.. Tapi kalau sama Mas, biarpun ditawari terkadang juga ndak mau. Jaimnya minta ampun. Mungkin karena jarak usia yang memang jauh (14 tahun).

Selain sabar, Mas juga orang yang sangat teguh memegang janji. Untuk hal yang 1 ini saya belajar sangat banyak darinya, sekaligus membuat saya menghormatinya lebih dari sebelum-sebelumnya. Dari Mas, saya juga belajar bagaimana harus menghormati janji perkawinan sekaligus memenuhinya dalam kondisi apa pun.

Ketika anak-anak Mas harus tinggal dengan saya, rasanya terhormat sekali saya mendapat kepercayaan untuk menjaga anak-anak. Ndak sekadar menjaga tapi juga selalu ada untuk anak-anak saat dibutuhkan. Bukan menggantikan peran Mas karena bagi anak-anak sosok papanya ndak akan pernah tergantikan.

Saat ini Mas adalah single parent. Hanya bisa seminggu sekali tiap weekend untuk bertemu anak-anak. Itu pun kalau tidak ada pekerjaan yang harus diselesaikan di akhir minggu. Bukan yang mudah buat Mas karena baginya anak-anak adalah pusat dunia. Ia sangat menyayangi anak-anak. Sempat tinggal terpisah jauh dari anak-anak pernah membuat Mas sangat down sampai kesehatannya terganggu dan kena serangan jantung. Tapi puji syukur pada Tuhan, saat ini semuanya sudah membaik kembali.

Pernah saya tanya padanya apakah ia akan menikah kembali. Ia ndak menjawab dengan jelas, hanya bilang: yang penting anak-anak. Sebenarnya saya mengkhawatirkan itu. Saya pikir setiap orang juga butuh teman hidup. Tapi Mas seolah membuang jauh-jauh kebutuhan itu. Hanya mau memikirkan anak-anak.

Jujur, saya ndak tahu akan jadi apa saya tanpa Mas. Diakui atau tidak perannya besar sekali buat hidup saya. Ia juga yang menguatkan saya ketika saya harus menjalani pernikahan yang sudah salah sejak awal. Ia juga yang mendukung hingga kami (nyonya dan saya) berhasil membalikkan keadaan itu. Sayangnya, ia sendiri ndak berhasil. Belum lagi saat kondisi saya tiap kali drop. Mas ndak hentinya memacu saya untuk tetap bersemangat dan berusaha pulih.

Banyak badai kehidupan yang sudah dihadapinya tapi Mas tetap melangkah dengan tegak. Karena ia masih memiliki sepasang buah hati yang selalu membuatnya kuat dan tegar. Tugas saya sekarang adalah membuat anak-anak makin memahami, bahwa mereka punya seorang papa yang sangat hebat.

Sebagai manusia Mas memang bukan orang yang sempurna. Tapi setidaknya di mata saya, ia adalah abang yang paling baik.

Selamat ulang tahun ke-46 Mas. Semoga Tuhan selalu menjaga Mas dan memberi berkat atas semua yang sudah Mas usahakan untuk anak-anak. Terima kasih karena Mas sudah menjadi abang yang sangat hebat buat kami.

__________


(JP.19.01.2017.Chris Darmoatmojo)

1 komentar:

  1. Wah, selamat ultah juga buat kakaknya bung Chris. Tulisan yg menyentuh. Salam hangat

    BalasHapus

Komen boleh aja, boleh banget sih! Tapi yang sopan yah.........