Jumat, 09 September 2016

Without Her




Rumah ini jadi sedikit lebih sepi tanpanya. Ada begitu banyak celoteh yang lain tapi tetap saja terdengar lebih hening. Untuk sementara waktu tak ada gurauan bertiga. Saat berhimpitan dengan sengaja untuk menjemput malam dan mimpi. Di atas ranjang besar di kamar utama.

Dan anjing itu. Yang dengan semena-mena ia ganti namanya. Dari Arnold menjadi Ciprut. Sering termenung di sudut teras belakang. Mungkin merindukannya juga. Aku hanya bisa mengira-ngira.  Berdasarkan apa yang tengah kurasakan.


Malam di dapur hanyalah gelap. Karena tak kutemukan ia duduk di sana. Seperti biasanya. Menghadap island dengan laptop terbuka di depan mata. Dan secangkir besar minuman hangat. Yang mendingin ketika malam terus menggelincir.

Ia juga tak ada di ruang baca. Walaupun Riyah sudah berjanji tak akan mengganggunya. Sudut dekat jendela akan kosong. Untuk sementara waktu. Tanpanya. Tempat biasa ia melamun. Ditemani suara Michael Buble mengalun.

Tak ada tawanya di teras depan. Tempat ia biasa bercanda bersama kekasih hatinya. Menghabiskan sekotak martabak 3 telur kesukaannya. Atau menunggu tukang donat lewat di pagi hari. Betapa sepi.

Lalu kamar ini. Tempat yang dulu sebelah menyebelah. Sebelum kamar utama pindah ke bawah. Masih menyisakan wangi yang menghangatkan hati. Dengan foto besar tergantung di dinding. Ia dalam balutan toga. Tersenyum di antara aku dan mamanya.

Terkadang waktu terlalu cepat berlalu. Terkadang terlalu lambat. Kemarin-kemarin terlalu cepat. Terlalu cepat untuk kehilangan ia. Hari ini terlalu lambat. Terlalu lambat untuk melunaskan sebuah kerinduan. Entah esok. Ketika matahari terbit lagi. Dan ia tetap belum ada.

Tapi ada buku besar di hati. Tempat lembar-lembar cerita indah dituliskan. Tentang mimpi, angan, harapan, dan masa depan. Tersusun rapi menjadi satu cerita kehidupan. Sesekali kutengok. Sesekali kubaca. Sesekali kukenang.

Bagiku hanya cerita indah. Sejak ia ada dalam kehidupanku. Cahayanya menerangi setiap lorong gelap dan tersembunyi. Memberi bias memukau tiap helai warna pelangi.

Dan aku selalu menjadi ayah yang bangga. Melihatnya menjadi dewasa dengan segala keunikannya. Walau dirajam kerinduan tapi tetap ada harapan tergantungkan. Bahwa janji akan bisa kutepati.

Melihatnya kembali dan memeluknya lagi. Walau mungkin hanya untuk sesaat. Sebelum kekasih hatinya membawa ia pergi. Tak apa. Karena hidup harus tetap berjalan terus baginya. Dan aku pernah ada selintas di dalamnya. Itu sudah membuatku sangat bahagia.

__________


(In her room with her mom. 09.09.2016. Chris Darmoatmojo)



3 komentar:

  1. sek, mas...
    tak takokno arnold a.k.a ciprut dulu...

    yep, positif.
    dia juga kangen.

    #salamhangatdarijauh
    #doakubersamanjenengansekeluarga

    BalasHapus
  2. Terasa sekali kerinduan dalam tulisan ini.

    BalasHapus

Komen boleh aja, boleh banget sih! Tapi yang sopan yah.........