Sebelum-sebelumnya ini aku kurang punya waktu buat membaca padahal itu
salah satu hobi lamaku. Sibuk urusan usaha dan urusan rumah juga. Sudah ada
asisten tapi tetap sok sibuk. Hingga beberapa waktu ini akhirnya aku mengharuskan diriku sendiri untuk lebih banyak berada di rumah dan mempercayakan lebih banyak urusan usaha
pada partnerku.
Ternyata di manapun tempatnya kalau aku menikmatinya semua hal terasa
menyenangkan. Apalagi aku hanya memasak saja di rumah untuk anak-anak dan
“Ndara Kakung”. Pekerjaan lain sudah dihandle dengan baik oleh asisten rumah
tanggaku. Sekarang aku jadi punya banyak waktu untuk menekuni hobi lamaku yaitu
membaca.
Sekarang ini aku sedang benar-benar menikmati membaca sebuah cerita
bersambung di blog pribadi salah seorang temanku yang sudah kuanggap adik
sendiri. Cerita bersambung itu rutin diuploadnya tiap Senin dan Kamis. Dulu pun
saat masih aktif di blog bersama lainnya dia juga rutin mengupload cerita
bersambungnya setiap Senin dan Kamis.
Beberapa minggu belakangan ini aku dibuatnya terpesona pada cerita yang
dijalinnya pada cerita bersambung itu. Aku tidak tahu mengapa tapi rasa-rasanya
emosiku ikut teraduk di dalamnya. Di dalam cerita itu tidak ada adegan dramatis
ala setan versus malaikat seperti dalam sinetron tapi betapa dialog-dialog dan
pemikiran-pemikiran tokoh yang ada di dalamnya begitu kuat menyentuh emosi
pembaca sepertiku. Aku bisa ikut sedih ketika mengetahui latar belakang apa
yang pernah terjadi pada tokoh-tokohnya, aku bisa ikut merasa marah, jengkel,
tersakiti dan juga ikut tersenyum-senyum ketika ada dialog atau kejadian yang
menggelitik di dalamnya.
Cerita bersambung itu sudah menyihirku! Aku menulis ini hanya sebagai
catatan saja tentang apa yang kurasakan saat membacanya. Usahaku untuk merayu
penulisnya membocorkan akhir cerita tercatat gagal total. Yah barangkali aku
bisa memperoleh privilege itu atas dasar kekeluargaan tapi nyatanya tetap tidak
bisa.
Hingga sekarang aku masih belum bisa menebak akhirnya. Cinta itu perlu juga
diperjuangkan keberadaannya tapi kehidupan pernikahan juga tidak kalah
pentingnya (itu kalau menurutku). Jadi buatku yang tidak bisa menulis cerita
dan hanya bisa menjadi penikmat saja hal yang bisa kulakukan hanya mengikuti
terus cerita itu dan membiarkan diriku terhanyut di dalamnya entah bagaimanapun
nanti akhirnya.
Aku selalu salut pada para penulis cerita fiksi yang piawai mengolah pilihan
kata hingga bisa menciptakan dialog dan menggambarkan situasi yang bisa membawa
pembaca untuk ikut berpetualang di dalamnya sekaligus mengaduk emosi pembacanya.
Dan yang lebih menyenangkan lagi dibagikan secara gratis pula cerita itu
melalui blognya!
O ya aku sama sekali tidak dibayar sepeserpun oleh siapapun untuk menulis
catatan ini. Aku menuliskannya karena aku ingin. Sebagai penghargaanku terhadap
seorang saudara yang sudah begitu total menekuni hobinya menulis sehingga bisa
menghasilkan sebuah cerita yang menurutku sama sekali “tidak biasa-biasa saja”.
Mungkin semua orang bisa menulis tapi menurutku hanya orang-orang
“terpilih” saja yang mampu meracik sebuah cerita hingga berhasil menghanyutkan
emosi pembacanya. Bukan hanya itu tapi juga kerendahan hatinya yang masih
menganggap diri sebagai penulis abal-abal yang merasa masih perlu banyak
belajar.
Sukses selalu untukmu, Sist! Dan aku hanya akan berdiam di sudut ini untuk
terus mengikuti racikan rasamu berikutnya. Membiarkan emosiku terlarut di
dalamnya seperti saat aku membaca cerita bersambung RUANG KETIGA mu.
(Sebuah
catatan Pertiwi Christianto)
Beliau memang luar biasa Bu Tiwi...pernah berkolaborasi menulis dengan Mbak Lizz membuat saya paham bahwa saya itu ndak ada apa2nya. Bahkan sebenarnya kalau boleh ngomong saya jauh lebih abal2 plus sotoy dibanding Mbak Lizz. Seperti panjenengan saya juga teehanyut dan selalu teehanyut pada semua tulisan Mbak Lizz baik cerpen atau pun cerbung.
BalasHapusSetiap senin dan kamis rajin up date meski jarang komen karena nggak tahu mau komen apa. Bahkan hari ini saking teehanyutnya sampek lupa update tulisan di blog sendiri.
Sudah ah...pareng rumiyin kula nyuwun pamit. Nyuwun pangapunten yen keladuk anggenipun komentar. Nuwun...
Betul bu. Ketika berkolaborasi dengan bapak jg sabarnya setengah mati, ngemong sekali. Terima kasih hadirnya di sini, salam (Tiwi)
HapusJiaaah... Aku nggak bisa ngomong wis, Mbak... Speechless
BalasHapusMakasih karena Mbak Tiwi sudah berkenan mampir ke blogku. Kekurangannya masih bejibun. Kadang memuaskan, kadang sebaliknya.
Soal privilege, nyuwun ngapunten, saestu mboten saged.
Sekali lagi, terima kasih...
Salam...
Sami-sami dik. Aku juga berterima kasih sdh diberi banyak hiburan. Maju terus ya (Tiwi)
HapusAq setuju! Aq setuju nih sama artikelnya bu Tiwi ini! Mba Lis ejossss poko'e! Gapopo ga dikasi bocoran kikikiki
BalasHapusNjur yen setuju kompensasine opo iki jeng? Hahahaha ... (Tiwi)
Hapusemang jos gandos top markotop kok sohibku ini...
BalasHapusgak rugi SD-SMP masuk 3 besar terus...
kalo SMA aku gak ngerti soale SMA ne ga barengan... :D
Aow ... Bu Dani ini yg temannya dik Lis dr kecil ya? Senang sekali berkesempatan kenal meski hanya lwt blog.
HapusSalam kenal nggih ... (Tiwi)
Aku ndak melok2 loh ma.. Hehe..
BalasHapusGek sik menehi password wingi sapa ya? (Simbok)
Hapushayo ndak boleh berantem di sini lho... itu panda2 pada pelukan...(ini dyah Bu...pakai akun lain)
HapusSetuju bu, pembaca bu Lis udah banyak banget, kalau saya punya PH pasti karya-karya bu Lis udah saya jadikan.sinetron. Biar penonton Indonesia bisa menyaksikan sinetron berbobot.
BalasHapusTerima kasih sudah setuju dg saya bu. Semoga ada terus tulisannya yang menghibur kita. Salam bu .... (Tiwi)
HapusBu Lis ya....
BalasHapusMemang untuk urusan yang satu itu kita mesti takzim sama bu Lis. Tidak pernah kehabisan ide dan sangat produktif. Salam
Sy wakilin Mama aja yah Om......... Mksh udh dtg & bc blog ini :)
HapusSalam.............. (Put)