Kamis, 09 Maret 2017

Darmoatmojo, Sebuah Janji



"Kok sekarang kamu pakai nama lain sih?"
"Kok namamu berubah ada Darmoatmojo nya?"


Masih berderet lagi pertanyaan sejenis ketika beberapa tahun lalu mulai masuk ke grup BBM & WA teman-teman sekolah. Chris Darmoatmojo, itu nama yg saya pakai, bahkan di email pribadi.

Semua dokumen resmi saya tidaklah mengandung nama Darmoatmojo. Itu adalah nama belakang Bapak, ayah saya. Kakung & Uti (orang tua Bapak) memberi 4 orang putranya (tanpa punya putri) nama dengan unsur "Darmo" sebagai nama belakang masing-masing (bukan nama fam). Kebiasaan itu diambil Bapak dengan memberi nama kami anak2nya dengan unsur "Chris" di nama belakang.

Hubungan baik saya dgn Bapak memburuk ketika mendiang adik saya sakit. Saya ndak pernah bisa terima Bapak "menelantarkan" adik saya. Selalu berpikir bahwa adik sakit karena sikap Bapak. Mungkin ya benar seperti itu tapi mungkin juga tidak. Selain itu ada hal lain yang memperburuk keadaan.

Puncaknya ketika adik meninggal. Saya diliputi kemarahan yg luar biasa. Marah pada Bapak juga pada diri sendiri karena merasa gagal jadi abang yg baik. Gagal membuat adik saya tetap hidup. Lupa bahwa saya sama sekali bukan Tuhan. Saya ndak pernah mau dengar omongan semua orang bahwa itu adalah takdir. 

Kemarahan itu juga yg membuat saya merasa sama sekali ndak layak untuk mendampingi seorang gadis baik hati yg sudah bertahun-tahun bersedia bertahan jadi kekasih saya. Bapak (& Ibu) sayang sekali pada gadis itu & berharap begitu besar suatu saat bisa meminang gadis itu untuk dijadikan menantu.

Saya terjebak di antara 2 kutub. Kalau saya meneruskan hubungan dgn gadis itu artinya saya membahagiakan Bapak. Sesuatu yg menurut saya ndak layak untuk didapat Bapak. Di sisi lain I do love her. Tapi jiwa iblis saya sepertinya dominan saat itu. Membuat saya memutuskan untuk melepasnya sekaligus meninggalkannya pergi. Saya menang. Bapak ndak bisa lagi memperoleh keinginannya. Saya lupa bahwa saya sudah menyakiti 1 orang lagi. Gadis itu.

Saya pernah menghubunginya. Tapi ia mengatakan begini: "kamu iblis yg sudah porak-porandakan hidupku, jangan ganggu aku lagi". Saat itu saya tahu dosa saya ndak termaafkan olehnya. 13 tahun bukan waktu yang pendek. Ia buang waktu itu untuk bertahan bersama saya & saya membuangnya begitu saja di saat usianya sudah lebih dari cukup untuk berumah tangga & terlanjur memupuk harapan cukup banyak. Apalagi pernah bermain api di belakangnya 2x. (Belakangan keiblisan saya sudah termaafkan olehnya. Terima kasih banyak untuk itu.)

Dari mas saya tahu bahwa Bapak & Ibu begitu down ketika mendengar ia akan menikah 2 tahun setelah saya pergi. Bapak mengalami stroke parah 6 bulan kemudian. Lalu apa saya lantas jadi sadar? Sama sekali ndak. Saya justru terlibat kemarahan yg lain. Marah yg ndak terhingga dipicu oleh rasa menyesal sudah melepaskan begitu saja gadis yg sebenarnya sangat saya cintai.

Pada saat itulah saya bertemu dengan nyonya. Kami menikah & berhasil membuat Bapak & Ibu down untuk kedua kalinya. Nyonya sama sekali bukan menantu yg diinginkan Bapak & Ibu. Kesehatan Bapak terus menurun. Pada saat itulah Mbah Uti memanggil saya untuk pulang sejenak. Beliau menceritakan apa yg seharusnya saya tahu tentang Bapak & kedua Ibu saya. Juga penyesalan Bapak atas perlakuan kerasnya pada mendiang adik saya semasa hidup. Masih butuh waktu bagi saya untuk bisa memahaminya.

Bapak meninggal 8 bulan setelah saya menikah. Hanya menyisakan waktu 3 hari saja untuk saya kembali dgn seluruh penyesalan. Bapak masih sempat minta maaf pada saya yg saya terima sepenuhnya. Demikian juga permohonan ampun dari saya. Satu pesan terakhir Bapak: "Al, kalau kamu benar-benar sudah memaafkan Bapak, berjanjilah untuk pakai nama Bapak" & saya pun memutuskan untuk memakai nama itu sejak Bapak berpulang.

Saya memang ndak mengubah identitas saya. Tapi saya tetap ingin menyandang nama itu walaupun bukan secara resmi. Saya pikir Bapak pun tahu bahwa janji itu saya pegang hingga saat ini walaupun bakti saya sebagai seorang anak ndak pernah bisa saya lunasi. Karena Bapak masih hadir mendampingi saya tiap kali jatuh pada kondisi sangat kesakitan, kritis, bahkan hilang kesadaran, tetap dengan kata-kata yg sama: "Ayo Al kamu kuat!"

Terima kasih Pak..


__________


(JP.09.03.2017.Chris Darmoatmojo.
Persembahan untuk suwargi Bapak tercinta,
Alexander Judanto Darmoatmojo.
9 Maret 1944 - 28 Desember 2004)


4 komentar:

  1. aku masuk pasukan seng pernah takok :D jek eleng biyen lek main kerumahmu mbe arek2 lek papamu ada nde rumah mesti ditukokno bakso :D lek gak gitu mbe mamamu digaekno ote2 :D
    ayok tetep smangat Al. 2minggu lg aku nyang jkt ketemuan ya. Kayae Sonny barang jg tgl2 sakgitu. ntik cobak taktanyakno lg. (lidya)

    BalasHapus
    Balasan
    1. OK kontakan sj Lid. Nanti aku hub.in yg pd di Jabodetabek. Kl mau kumpul di rmhku sj. Santai. Trm kasih ya.. Salam u/ klrg.

      Hapus
  2. sampun sehat, mas ?

    sami-sami dunga-dinunga nggih...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya mba Dani. Seperti biasa kondisi naik turun :) GBU

      Hapus

Komen boleh aja, boleh banget sih! Tapi yang sopan yah.........