Rabu, 27 September 2017

(Resensi Buku) Eternal Forseti, Novel Yang Cukup Lama Dinanti





Judul buku : Eternal Forseti
Jenis : novel metropop
Penulis : Lizz
Editor : Erri S.
Cover : Domels
Layout : Rheinara Yuki
Penerbit : Jentera Pustaka (Mata Pena Group)
ISBN : 978-602-1249-58-1
Jumlah halaman : 348
Tahun terbit : 2017 (Agustus)

Novel pertama yang ditulis oleh pemilik blog fiksi FiksiLizz ini saya katakan cukup lama dinanti, karena proses penerbitannya sejak ditulis (dan keluar iming-imingnya bagi para pembaca blog FiksiLizz) hingga fisiknya terbit dalam bentuk buku memakan waktu lebih dari 1 tahun. Bila mengikuti/membaca komentar-komentar di blog itu, maka kita akan cukup sering menjumpai pertanyaan “kapan novel Eternal Forseti bakal terbit?”. Pada akhirnya, setelah menunggu cukup lama sampailah novel tersebut ke tangan para pembacanya, termasuk kami (nyonya, si nduk, nduk Thea & saya). Kebetulan saat novel tersebut sampai ke tangan kami beberapa waktu lalu, si nduk sedang ada di rumah, sedang libur. Saat ini novel tersebut sudah terbang ke Eropa ikut si nduk sehingga mamanya & saya terpaksa memesan lagi karena mamanya masih ingin baca lagi. Nduk Thea juga belum selesai baca.

Novel setebal 348 halaman itu berkisah tentang seorang gadis bernama Kania Norman yang merupakan direktris sebuah perusahaan ekspedisi. Perusahaan itu merupakan salah satu di antara sekian banyak anak perusahaan milik Eternal Corp. yang direktur utamanya adalah ayah Kania sendiri, bernama Norman Haryanto.

Kania bukan anak kandung Norman Haryanto, tapi Norman sangat menyayanginya begitu juga keluarga besarnya. Kania dididik dengan sangat baik & diperlakukan sama dengan sepupu-sepupunya yang lain sehingga bisa memegang sebuah jabatan sangat penting di Eternal Expi.

Pada suatu saat Eternal Expi digoyang oleh perusahaan lain yang sejenis bernama Forseti Trans. Forseti Trans adalah perusahaan baru milik seorang perempuan bernama Frida Forseti, yang merupakan pucuk pimpinan Forseti Group. Kania Norman cukup kalang kabut menyelamatkan Eternal Expi.

Frida Forseti yang sejak muda harus berjuang lebih keras karena selalu dinomorduakan ayahnya (Somantri Forseti, pendiri Forseti Group) akhirnya menjadi pribadi yang keras dalam mengendalikan Forseti Group setelah ayahnya mengalami stroke. Ia ingin pengakuan itu dari ayahnya bahwa ia mampu walaupun “hanya” seorang anak perempuan. Ia juga tak mau dikalahkan, termasuk oleh Larasati Haryanto.

Apa yang diperbuat oleh Larasati Haryanto hingga Frida Forseti kalap & menyerang Eternal Expi yang dipimpin Kania Norman? Di sinilah semua keruwetan itu bermula. Keruwetan yang sebaiknya dibaca sendiri dalam novel Eternal Forseti, bukan diungkapkan di sini, hehe..

Sejak halaman pertama, novel ini sudah mengalir dengan cukup deras. Dalam 1 bab ada perpindahan berbagai tokoh hingga terasa penuh & cukup menjelaskan penggambaran karakter & apa hubungan masing-masing tokoh, terutama tokoh Kania, Norman, Larasati & Frida. Loh kok semua sudah diungkap lebih dulu di depan? Justru di sinilah (menurut saya) letak keunikan novel ini. Pembaca digiring untuk paham di awal sehingga bisa menikmati alur yang mengalir kemudian termasuk intrik-intrik yang sempat terjadi, tanpa bertanya-tanya lagi atau terganggu dengan ketidakpahaman terhadap posisi para tokoh. Penggambaran setiap tokoh juga sudah cukup jelas di depan. Bahkan ada bagian silsilah keluarga yang diulas cukup detail dengan latar belakang keingintahuan Frida. Silsilah ini membuat pembaca pun bisa memahami “ini siapanya siapa” karena (jujur) tokoh pendampingnya banyak sekali, terutama dari keluarga besar Kania.

Semua permasalahan & penyelesaian ditata dengan sangat rapat & rapi oleh penulisnya. Satu lagi yang khas Lizz, kita ndak akan menjumpai drama yang menye-menye ala sinetron. Drama yang tersaji adalah permainan emosi & perasaan para tokohnya, bukan kejadian-kejadian “serba kebetulan” yang klise & bisa mendatangkan rasa bosan. Buat saya, ini sangat matang.

Baik tokoh “putih” maupun “hitam” semuanya punya sisi abu-abu. Sebuah penggambaran yang sangat riil & manusiawi. Sekali lagi, ini sangat khas Lizz. Juga dengan detail setiap kejadian/peristiwa. Soal tes DNA misalnya. Saya baru tahu setelah baca novel ini kalau tes DNA bisa dilakukan dengan bongkar kuburan atas perintah pengadilan. Juga peraturan soal saham. Kalau bukan karena penggalian riset yang ndak main-main, saya kira banyak akan dijumpai detail yang kedodoran dalam novel ini. Tapi.. silakan dibuktikan sendiri karena masih banyak detail lain yang digambarkan tetap dengan sangat rapat, rapi & rinci. Lagi-lagi ini adalah khas Lizz.

Ndak terasa tebal sekian halaman habis begitu saja. Justru karena sangat menarik dibaca dari awal hingga akhir. Penantian sekian lama ndak sia-sia karena hasilnya sungguh patut mendapat acungan jempol. Apalagi covernya sungguh elegan. Bidak catur, gambar yang sangat kena untuk melambangkan sebuah “pertarungan” rasa & kehidupan.

Ada kelebihan, tentu ada kekurangan. Tentu saja ini dari balik kacamata saya. Jujur, saya berharap ada “gangguan” dari tokoh Ferdinand terhadap Kania & kekasihnya. Sedikit menambah ruwet lah.. Tapi hal itu ndak saya jumpai karena novel ini sudah penuh dengan berbagai tautan masalah & permainan emosi. Apakah hal ini mengganggu? Ndak juga sih. Apalagi kemudian saya tahu alasan penulisnya: “kalau dipaksakan ada, itu klise banget & malah aroma sinetron yang nongol”. Yah benar juga sih. Tapi masih tetap terasa kurang sedikit "nendang". Maaf ngeyel.. #peace.. ✌

Kekurangan lain adalah masih adanya beberapa kesalahan kecil, semisal dobel huruf & hilangnya spasi antar kata. Ndak banyak, tapi ada. Masih bisa dimaklumi karena novelnya saja setebal itu. Masih bisa tercover oleh alur cerita yang mengalir deras, rapat & apik. Kekurangan lain, ukuran font agak menyiksa mata usia 40+ & 50+. Mungkin itu sudah standar dari pihak penerbit. Seandainya lebih bersahabat lagi ukuran fontnya mungkin bisa berimbas pada bertambahnya jumlah halaman. Harganya mungkin juga akan terpengaruh.

Novel ini sangat khas Lizz. Ada kisah cinta manis yang diselipkannya. Sebuah cinta yang tidak biasa antara dua orang sepupu. Tapi tetap saja ndak melanggar norma, karena keduanya ndak ada pertalian darah. (Saya kutipkan pernyataan penulisnya: “biarpun aku bukan orang yang terlalu relijius, tapi aku cukup paham bahwa ada banyak norma umum yang seharusnya ndak boleh dilanggar”). Kisah cinta itu dalam novel ini hanya pemanis secukupnya, penambah lezat, bukan fokus. And she did it!

Kesimpulan kami semua para pembaca sekaligus sahabatnya (sempat ada diskusi soal ini hehe..), NOVEL INI JAUH MELAMPAUI KATA LAYAK UNTUK DIBACA. Apalagi bila dikaitkan dengan si penulisnya sendiri yang mencap diri sebagai “penulis abal-abal”. Novel ini SAMA SEKALI BUKAN KARYA ABAL-ABAL. Semuanya berawal dari kecintaan luar biasa penulisnya pada dunia membaca & menulis. Lebih dari itu, selalu ada sikap tidak main-main dalam menuliskan setiap karyanya. Juga penghargaannya yang tinggi pada setiap karya tulis yang beredar & pembaca karya-karyanya. Berbahagialah kita yang berhasil menemukannya dalam sebuah blog apik khusus fiksi bernama Blog FiksiLizz. Berbahagialah kami semua para sahabatnya yang sudah memiliki sahabat manis seperti Lizz.

Semoga akan ada lagi novel-novel lain dari Lizz yang terbit setelah ini. Dengar-dengar bisikan kabar burung, penulis novel Eternal Forseti sedang menyiapkan sekuelnya, setelah pernah menuliskan prekuelnya dalam bentuk cerbung di blognya.

__________

(PR.27.09.2017. Chris D.a.)


PS. Berhubung novel yang sudah sampai ke tangan kami lupa belum difoto & sudah terlanjur dibawa si nduk, maka gambar di atas saya comot dari sini.

5 komentar:

  1. Tak amin o kabeh es Al. Novele cen njuancuki apike. Ojob wingi sampek nggauetu mocone. Me time. Awak sing didapuk ngopeni arek arek wkkkkkkkkk
    Sehat terus awakmu yoh

    BalasHapus
  2. Makasiiih, Mas... Dapat titipan ucapan terima kasih juga dari para crew JP.
    Sehat terus ya...

    BalasHapus
  3. Resensi yang menarik. Jadi membuat penasaran. Semoga sehat selalu.

    BalasHapus

Komen boleh aja, boleh banget sih! Tapi yang sopan yah.........